Batara Wisnu adalah putra Resi Kasyapa dengan Dewi Aditi (Mahabharata). Namun Batara Wisnu juga dikenal sebagao putera kelima dari Sanghyang Manikmaya atau Batara Guru dengan Dewi Umayi yang kemudian diberikan kepada Resi Kasyapa dan Dewi Aditi.
Berdasarkan buku Ensiklopedi Wayang Purwa, keluaran Balai Pustaka, Batara Wisnu merupakan wujud dari Batara keabadian dan kesejahteraan.
Putera raja Tribuwana yang melambangkan sifat jujur (Batara Sambu), semangat (Batara Brahma), rasa (Batara Indra) dan kekuatan (Batara Bayu) belum cukup bila tidak dilengkapi dengan lambang kebijaksanaan.
Batara Manikmaya ingin memiliki putera yang memiliki sifat bijaksana, maka lahirlah Batara Wisnu.
Sanghyang Wisnu memiliki sepuluh julukan yang masing-masing memiliki arti tersendiri, yakni Abutha (Raja dari semua makhluk hidup dan mati), Asiyuta (raja keabadian), Cakrawati ( Raja Jagad Luhur), Hari (Raja Api), Haus (Raja Samudra), Idopati ( Raja kepandaian dan kejujuran) dab Janggemata (Raja Dunia).
Dalam kitab Mahabharata, kahyangan Batara Wisnu adalah Bentuka. Ia memiliki tiga permaisuri, yaitu Dewi Srisekar, Dewi Pratiwi dan Dewi Sri Pujayanti.
Dari Dewi Srisekar, Batara Wisnu memiliki tiga orang outera yaitu Srigati yang kemudian menjadi raja di negara Purwacarita bergelar Prabu Sri Mahapunggung, Srinanda menjadi raja di kerajaan Wisarat bergekar Orabu Basurata, dan Dewi Srinandi.
Sedangkan dari Dewi Pratiwi, Batara Wisnu memiliki dua orang putera, yaitu Bambang Sitija, yangmenjadi raja negara Surateleng Bergelar Prabu Bomanakasura dan Dewi Siti Sundari yang kemudian menjadi isteri Abimanyu, putera Arjuna dan Dewi Sumbadra.Bambang Sitija dan Dewi Siti Sundari kemudian menjadi anak Sri Kresna yang menjadi titisan Sanghyang Wisnu.
Dari Dewi Sri Pujayanti, Batara Wisnu memiliki 13 putera yaitu Batara Heruwiyana, Batara Ishawa, Batara Bisahawa, Batara Isnawa, Batara Isnapura, Batara Madura, Batara Madudewa, Batara Madisadana, Batara Srihuna, Batara Srihuni, Bthara Pujarta, Batara Panwanboja dan Batara Sarwedi atau Hardanari.
Jumlah putera Batara Wisnu adalah 18, 14 pria dan empat wanita. Dewi Srihuna kemudian menikah dengan Batara Bramani, putera Sanghyang Brahma, yang kemudian menurunkan para raja witaradya sampai anak cucu Prabu Parikesit turun temurun.
Batara Wisnu memiliki patih bernama Batara Gangga, putera Batara Heramaya. Prajuritnya membawa senjata candrasa dan warastra atau panah. Batara Wisnu sendiri memiliki pusaka yaitu Kembang Wijayakusuma dan Cangkok Wijayamulya yang mengandung khasiat tidak aka bisa mati, kecuali yang sudah ditrakdirkan mati.
Kembang Wijayakusuma disebut-sebut dalam lakon Wisnu Krama.Saat menikah dengan Dewi Srisekar , puteri Resi Kesawasidi di pertapaan Argajati yang mempunyai kembang tersebut. Batara Wisnu memiliki pusaka itu dari pemberian mertuanya, Resi Kesawasidi.
Kembang Wijayakusuma selanjutnya menjadi pusaka Sri Kresna, raja negara Dwarawati sebagai titisan Sanghyang Wisnu. Cangkok Wijayamula diberikan kepada banteng Wisnuhata saat Batara Wisnu menikah dengan Dewi Pratiwi sebagai syarat utama mas kawin.
Pusaka tersebut kemudian diberikan kepada Sitija, raja di kerajaan Trajutrisna, sebagai tanda bahwa Sitija adalah putera Batara Wisnu yang waktu itu menitis dalam raga Sri Kresna. Sanghyang Wisnu juga memiliki aji-aji yang sakti mandraguna, yaitu Aji Panitisan, Aji Kemayan dan Aji Pangabaran.
Dengan Aji Panitisan, Batara Wisnu akan menjelma atau menitis berupa matsya (iwak), akupa (bulus), waraha (babi hutan), narasingha (orang yang kepalanya berupa kepala singa), Wimana (orang cebol), menitis kepada Ramaparasu untuk menumpas para raksasa, menitis kepada Prabu Arjunasasrabahu untuk menakhlukkan Prabu Dasamuka/Rahwana, menitis kepada Sri Rama untuk menyirnakan Orabu Dasamuka dan kemudian menitis kepada sri Kresna sebagai penasihat para Pandawa.
Batara Wisnu memiliki tunggangan berupa garuda bernama Garuda Briawan. Batara Wisnu menguasai dunia dan menjadi raja di nagara Medangpura jejuluk Maharaja Suman. Maharaja Suman dibantu oleh patihnya yang bernama Resi Kosara penjelmaan Patih Gangga untuk menakhlukan Maharaja Balya, raja negara Medanggora, penjelmaan Batara Kala.
sumber : http://www.hadisukirno.com/artikel-detail?id=269
Tidak ada komentar:
Posting Komentar